pelatihan manasik Haji

SMAN 1 Muara Teweh

UM PALANGKARAYA

pelantikan Rektor

PPL II

SDN 10 Langkai

ganteng

saudaraku

Bakso Patria

Muara Teweh Barito utara

Kuda Lumping

Wonorejo Muara Teweh

Rabu, 09 Februari 2011

Perkembangan Alat DJ Digital Dan Vinyl DJ Manual

Kemajuan teknologi digital sungguh membuatane kagum. Betapa tidak, banyak sekali pekerjaan yang menjadi lebih mudah dibandingkan sebelum adanya teknologi digital. Kebayang ya, kalau ane mesti ngedit video ga menggunakan semacam Adobe Premier, harus linier tapi to tape, wah alatnya aja mahal banget. Kini modal sebuah PC (PC lho bukan Mac) seharga 4 juta plus firewire card, miniDV ane dapat anedonlot masuk jadi AVI digital. Diedit, diapain aja… gampang sekali. Begitu juga dengan mixing audio/musik. Dulu pas ane sering nongkrong di sekolah DJ,ngumpulin lagu yang ane suka saja, maka modalnya ane punya tape deck yang doble deck. Ane rekam satu-satu dari kaset ke kaset. Eh sekarang, ada MP3, mau dijadiin CD audio juga bisa, hanya pake Nero…. ahhh… what’s a beautiful life…

Namun ada satu hal yang aneherankan, untuk urusan nge-DJ aja sekarang sudah ada alat bantu yang sangat modern. Gambar diatas adalah mesin DJ yang sekarang sudah ada di pasaran. Alat tadi digunakan sebagai kontroler untuk mengatur pemutaran lagu, dan lagunya….. bisa MP3 atau WAV yang tersimpan di harddisk komputer!! Wah…, berapa lagu yang bisa kita bawa & mainkan. Duh kebayang repotnya membawa-bawa plat piringan hitam, belum lagi masalah jarum/kartrid turntable. Menggunakan alat di atas sangat-sangat simple dibandingkan membawa 2 atau bahkan 3 turntable untuk nge-DJ

Tapi herannya, hingga hari ini alat DJ ini belum dianggap luar biasa dibandingkan dengan PH. Masih banyak para DJ yang menggunakan Vynil. Katanya kalau pake MP3 atau Wav tidak profesional, tidak berkelas… hihihi. Padahal menurut ane, yang lagi goyang di dance floor sih kayaknya ga perhatiin tuh DJ nya lagi muterin apa? Katanya sih, kalau pakai Vynil/PH ber-seni (hus…, nanti salah persepsi), maksudnya ada seninya. Yah namanya juga selera, gado-gado alias lotek aja masih ada yang betul-betul di ulek, bukan disiram begitu saja. Jujur saja, yang diulek agak lebih enak daripada yang gado-gado siram. Masalahna di jaman serba instan ini, apakah gado-gado ulek masih terus bisa bertahan di bandingkan gado-gado siram?