pelatihan manasik Haji

SMAN 1 Muara Teweh

UM PALANGKARAYA

pelantikan Rektor

PPL II

SDN 10 Langkai

ganteng

saudaraku

Bakso Patria

Muara Teweh Barito utara

Kuda Lumping

Wonorejo Muara Teweh

Sabtu, 22 Agustus 2009

PUISI-PUISI TAUFIK ISMAIL

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA


I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini




II


Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.



III


Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,


Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.



IV


Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.


1998

Kamis, 20 Agustus 2009

puisi

Puisi Cinta

ada apa dengan cinta
http://danganum.livejournal.com/86340.html

Satu masa telah terlewati
Benci dan rindu merasuk di kalbu
Ada apa dengan cintaku
Sulit untuk aku ungkap semua
Jangan pernah bibir tertutup
Bicarakan semua yang kau rasakan
Cinta itu kita yang rasa
Bila sengsara hati kan merana
Wahai pujangga cinta
Biar membelai indah
Telaga di kalbuku
Jujurlah pada hatimu
Ada apa dengan cinta



moodness of the night....

Dentingdenting yang berbunyi
dari dinding kamarku
sadarkan diriku dari lamunan panjang
tak terasa malam kini semakin larut
ku masih terjaga
sayang kau di mana aku ingin bersama
aku butuh semua untuk tepiskan rindu
mungkinkah kau di sana merasa yang sama
seperti diriku di malam ini
rintik gerimis mengundang
kekasih di malam



Aku Adalah Puisi
http://puisiku.livejournal.com/9080.html

biduk di langit masih kering tertawa
melihat aku yang tetap bercumbu dengan khayal
menari kata dalam balutan puisi
membingkaikan rasa dalam bait
puisi adalah aku
aku bercinta dengan kata
dan merangkai menjadi satu kenangan indah
dekapan kalimat panjang membuai mesra diriku
kutemukan ada detak lemah setia

Met Malam Cinta
http://tessypen.livejournal.com/412.html

Cinta memanggilku
Segera kuberlari meghampiri
Meski harus kutempuh
jalan berbatu dan berliku
Kan kuserahklan diri
kedalam rangkulan sayap2nya
Sekalipun duri2 yg bersemayam dibalik sayapnya
akan melukaiku
Ku bisikan cinta
Mungkin cinta kan membawaku
terbang tinggi ke kumpulan bintang2
Namun dia juga akan mencabik2
Satu nafas terhembus adalah kata
Angan, debur, dan emosi tercampur
Dalam jubah terpautanTangan kita terikat...
bibir kita menyatu
Maka setiap apa yang terucap
Adalah sabda pandita ratu
Di luar itu pasirDi luar itu debu
Hanya pasir meniup saja lalu hilang
Terbang tak ada
Tapi kita tetap menari
Tarian cuma kita yang tahu
Jiwa ini adalah tanduDuduk saja

JATUH CINTA
Puisi cinta dari Nada_Egan

Saat pertama kali ku melihatmu
Jantungku mulai berdegup kencang
Sejak saat itu
Malam-malamku penuh mimpi tentangmu
Setiap kali bersamamu
Serasa ku terbang melayang
Anganku membawamu turut serta
Menghadapi ribuan bintang di langit
Aku jatuh cinta padamu
Jatuh cinta yang pertama
Aku jatuh cinta padamu
Dan kau pun begitu padaku
Ku mohon.. jangan lukai aku..
Ini yang pertama buatku
Ku ingin yang paling indah
Walau pun nanti berpisah
Kisah ini tak kan terlupakan..

INGIN KU MILIKI DIRIMU
Puisi cinta dari Nada_Egan

Terlalu lama ku pendam
Semua rasa ini padamu
Kini ku sudah tak tahan
Ku ingin kau tau semua..
Aku lebih dulu mencintaimu
Aku lebih dulu mengenalmu
Bukannya dia..
Cinta itu harus diungkapkan
Cinta itu harus memiliki
Tak kan kulepaskan dirimu
Memang tinggi egoku
Namun.. ingin ku miliki dirimu..
Demi cinta yang t`lah lama ku pendam
Demi mengganti semua pengorbanan
Yang t`lah ku lakukan untukmu
Kau harus jadi milikku..

Cintaaaaaaa
Puisi cinta dari bintan9naCozLet

cinta ku sudah lama tumbuh atas namanyaaaa
sekian hari...sekian waktu...
namanya tetap berdegub bersama jantung yang berdetak..
mengingatnya membawa ku melambung tinggi ke anakasa...
taukaha kau....
apa ini yang disebut cintaa..
atau kah hanya sebuah angan kosong
yang terukir atas nama cinta

Madah Cinta Sebuah Tulisan


Wahai kawan2 ku...
Dengarlah bisikan kata2 ku ini.
Tulislah wahai kawan2 ku..!
Tulislah madah cinta mu
Tulislah puisi cinta mu
Tulislah apa2 yang telintas dihati mu!
Rasakan getaran suara hati naluri mu
Biarkan ia bersuara menjerit
Biarkan seisi dunia mendengarkannya luahannya
Luahan rasa hati seorang manusia!
Wahai kawan ku...!Jangan engkau berdiam diri
Jangan engkau hanya menjenguk disana sini
Komentar sana komentar sini!
Bukankah engkau juga mempunyai rasa hati?
Sedikit naluri untuk berpuisi?
Wahai kawan ku...Percayalah bahawa ...
kita cuma insan biasa
cuba meneroka rahasia kehidupan
Sama-sama juga ada kekurangan
sama-sama ada sedikit kepahitan
Didalam merenangi lautan madah cinta ini
cuba membongkar rahasia hakikat puisi cinta!

PUISI CINTA KENANGAN BERSAMA.

Pada sekuntum mawar yang mekar
dan air sungai yang mengalir
disitu ku lihatterukir wajah mu
dan tertulis....kisah cinta kita berdua.
Sebuah nostalgia yang lalu
tidak mudah untuk ku lupakan
dan masih ku simpan erat-erat
didalam sebuah potretwajah kita bersama.
PUISI CINTA PILIHAN
Wahai manis ku…Dengarkanlah bisikan hati ku ini!
Pada dua persimpangan laluan jalan hidup ku ini
Aku Cuma ada dua pilihan
Hidup untuk terus menyintai mu
Atau mati !
Kemarin kulihat ia menangis
dalam hening
dalam diam
tanpa airmata
Namun kutahu ia menangis
Sekarang kulihat ia telah tertawa
walau masih ada luka di matanya
walau masih terasa lelah di hatinya
namun ia telah tertawa
Kutahu ia telah pasrah
Kutahu ia telah menyerah
tak berdaya pada kuasa hatinya
tak kuasa pada kehendak cintanya
Dan kini ia hanya diam
menanti dalam rindu yang amat sangat
dalam sepi yang menyengat
Menanti sesuatu yang tak pasti
tapi ia tak peduli
ia hanya tahu cinta yang ia miliki pasti
.:: menanti dalam sepi

Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tiada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua,
pada ceritaTiang serta temali.
Kapal,perahu tiada berlaut
Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram,
desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan.
Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri.
Berjalan
Menyusur semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sendu penghabisan bisa berdekap
Kepada kawan………….

arti kehidupan

adakah seorang insan yang mengerti..
apakah arti kehidupan ini…
pernah kucari arti cinta sejati
namun yang kutemui hanyalah mimpi..
suatu mimpi kosong yang tak bertepi
apakah salah hati ini
ingin memiliki sebuah cinta sejati..
apakah arti sebuah persahabatan sejati
apakah itu juga sebuah mimpi..?
jika benar,
apalah arti semua ini..
sudah banyak hari kujalani
tanpa suatu tujuan yang pasti…
semua seakan hanyalah ilusi..
ilusi yang tiada memiliki arti
namun akhirnya satu hal kusadarihanya
Tuhan yang sungguh mengerti,
tentang semua arti kehidupan ini..
kekosongan hati ini
tidak lagi diisi dengan benci..
tak ada yang lebih murni
dari kesucian cinta Ilahi
_finka

“Syair Cinta”

Semoga,
sayap patahku
cukup menghangatkan pangeran hati
Yang melambungkan bahagiaku,
meneduhkan di saat diri telah merapuh
Kini kumengerti arti penantian
memahami makna gelombang sebelum daratan
saat ksatria kejora memanah mendung di angkasa
derai tawaku menjadi bintang di langit terang
binar mataku cahaya di jiwanya
dia labuhan hatiku
*E n O*

MADAH CINTA FANTASI
Wahai sayang ku….!
Jikalau disatu hari nanti….
Engkau sedang merasa sedih dan berdukacita
Serulah aku!
Pasti aku akan segera datang disisi mu
Walaupun aku tidak dapat mengembirakan mu ketika itu
Yang pastinya…
Aku akan turut serta berduka menangis bersama2 mu!
Wahai sayang ku….!
Jikalau disatu hari nanti
Engkau ingin lari berpindah ketempat lain
Serulah aku!
Kerana aku tidak akan menghalang niat mu
Cuma aku….
Ingin juga lari berpindah ketempat lain bersama2 mu!
Wahai manis ku….!
Jikalau disatu hari nanti
Engkau lihat lidah ku sudah menjadi bisu dan kelu
Segeralah datang kepada ku
Kerana ketika itu….
Aku sedang didalam kerinduan
Dan sedang tersangat dahaga
Memerlukan diri mu dan kehadiran mu…!


MENYAYANGI N KESETIAAN

N!aT_nya !n9!n menyayan9! Sese0ran9 d9n HaT! Yg TuLuz n !n9!n seT!a sm sese0ran9

Tap! Knp sLaLu d'sak!T!n sm sese0ran9 . . . . . .

Q berHarap ada sese0ran9 yg benar_benar menyayan9!_ Qu d9n HaT! y9 TuLuz n seT!a sm d!r!_Qu . . . . .

JodoH n Rezek! ALLAH yg men9aTur . . . . .
Q yak!n ALLAH akan mmber!kan jodoH yg ba!k buaT Q . . . .

Amin ya ALLAH . . . . .



H!dup n!ch adaLah anu9erah . . . .

Q hrz tetap jaLan! H!dup n!ch,insya aLLah dgn !khlas,sabar n tawakal kpd aLLaH . . .

Ku_coba berTahan n9ejaLan! Hdp_Qu,wLpn Hat!_Qu menan9!z n mn9amb!l suatu pLajaran dLm hdp_Qu . . .

Q akn Wrnai H!dup_Qu
dn9an senyuman y9 TuLuz . . . . . .
Di baL!k pah!T,geT!r_nya k"H!dupan_Qu . . . . .

Q yak!n aLLaH pzt! Akn mnunjukan sesuatu y9 Terba!k dLm H!dup_Qu

Am!n ya aLLaH . . . . . .

by : Adjeng Gina Aruminingsih

MAKALAH

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TERHADAP PESERTA DIDIK

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD DISON

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita ketahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang kompleks untuk mengetahui proses yang memberiakn makna bahwa garapan pendidikan akan senantiasa dinamis, sistemik, dan sistematis serta berjalan secara berkelanjutan sesuai dengan dinamika dan perubahan masyarakat yang dilayaninya. Dalam pendidikan terdapat berbagai komponen dalam pendidikan secara mikro maupun makro. Sehingga dapat mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan.

Adapun kaitan antara pendidikan, belajar dan pembelajaran. Pendidikan dapat dikatakan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang mendorong terjadinya proses belajar dan pembelajaran.

Belajar merupakan aktivitas peserta didik untuk pembelajaran yang lansung mengalami dan menghayati untuk bertujuan meningkatkan kualitas perkembangan mental dan jiwa peserta didik untuk meneuju kemandiriannya. Sedangkan pembelajarannya dapat kita artikan sebagai suatu proses kegiatan pengajaran yang mengondisikan seorang belajar, hal ini dapat difokuskankepada peserta didik agar dapat belajar secara optimal melalui kegiatan eduktif yang dilakukan oleh pendidik.

Dalam belajar dan pembelajaran sangat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan bagi setiap orang. Kita dapat juga meningkatkan suatu kreatifitas pada seseorang untuk pendidikan yang terdapat pada kajianya dalam belajar dan pembelajaran tersebut.

Dalam belajar dan pembelajaran harus ada unsur-unsurnya, material, fasilitas dan perlengkapan serta prosedur sehingga dapat terlaksananya suatu proses belajar dan pembelajaran. Para peserta didik akan dapat meningkatkan kualitas IQ dalam pemikirannya.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang proses belajar dan pembelajaran dalam pendidikan diindonesia ini kepada peserta didiknya.

C. MANFAAT

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. sebagai peserta didik harus mengetahui proses belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemikiran nya.

2. dari belajar dan pembelajaran ini akan memanfaatkan serta mendorong para peserta didik untuk menjadikan seorang yang sukses dan berintelektual.

3. dapat menunjang suatu ketertiban dalam belajar dan pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan suatu pendidikan.

4. peserta didik akan lebih baik dan mendalami isi tentang belajar dan pembelajaran itu sendiri.




BAB II

PERMASALAHAN

A. INDENTIFIKASI MASALAH

Berdasaskan hasil dari latar belakang di atas kita dapat mengindentifikasi masalah sebagai berikut:

1. apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran kepada peserta didik?
2. sebutkan ciri-ciri belajar dan pembelajaran?
3. bagaimana cara kita mengetahui proses belajar dan pembelajaran pada peserta didiknya agar berintelektual?
4. apa-apa saja model-model belajar dan pembelajaran?
5. bagaimana upaya meningkatkan belajar dan pembelajaran terhadap peserta didik?

B. RUMUSAN MASALAH

Dari hasil indentifikasi masalah tersebut kita dapat membahas suatu materi tentang bagaimana proses belajar dan pembelajaran terhadap peserta didik di indonesia.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita ketahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang kompleks untuk mengetahui proses yang memberiakn makna bahwa garapan pendidikan akan senantiasa dinamis, sistemik, dan sistematis serta berjalan secara berkelanjutan sesuai dengan dinamika dan perubahan masyarakat yang dilayaninya. Dalam pendidikan terdapat berbagai komponen dalam pendidikan secara mikro maupun makro. Sehingga dapat mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan.

Adapun kaitan antara pendidikan, belajar dan pembelajaran. Pendidikan dapat dikatakan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang mendorong terjadinya proses belajar dan pembelajaran.

Belajar merupakan aktivitas peserta didik untuk pembelajaran yang lansung mengalami dan menghayati untuk bertujuan meningkatkan kualitas perkembangan mental dan jiwa peserta didik untuk meneuju kemandiriannya. Sedangkan pembelajarannya dapat kita artikan sebagai suatu proses kegiatan pengajaran yang mengondisikan seorang belajar, hal ini dapat difokuskankepada peserta didik agar dapat belajar secara optimal melalui kegiatan eduktif yang dilakukan oleh pendidik.

Dalam belajar dan pembelajaran sangat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan bagi setiap orang. Kita dapat juga meningkatkan suatu kreatifitas pada seseorang untuk pendidikan yang terdapat pada kajianya dalam belajar dan pembelajaran tersebut.

Dalam belajar dan pembelajaran harus ada unsur-unsurnya, material, fasilitas dan perlengkapan serta prosedur sehingga dapat terlaksananya suatu proses belajar dan pembelajaran. Para peserta didik akan dapat meningkatkan kualitas IQ dalam pemikirannya.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang proses belajar dan pembelajaran dalam pendidikan diindonesia ini kepada peserta didiknya.

C. MANFAAT

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. sebagai peserta didik harus mengetahui proses belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemikiran nya.

2. dari belajar dan pembelajaran ini akan memanfaatkan serta mendorong para peserta didik untuk menjadikan seorang yang sukses dan berintelektual.

3. dapat menunjang suatu ketertiban dalam belajar dan pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan suatu pendidikan.

4. peserta didik akan lebih baik dan mendalami isi tentang belajar dan pembelajaran itu sendiri.



BAB II

PERMASALAHAN

A. INDENTIFIKASI MASALAH

Berdasaskan hasil dari latar belakang di atas kita dapat mengindentifikasi masalah sebagai berikut:

1. apa yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran kepada peserta didik?
2. sebutkan ciri-ciri belajar dan pembelajaran?
3. bagaimana cara kita mengetahui proses belajar dan pembelajaran pada peserta didiknya agar berintelektual?
4. apa-apa saja model-model belajar dan pembelajaran?
5. bagaimana upaya meningkatkan belajar dan pembelajaran terhadap peserta didik?

B. RUMUSAN MASALAH

Dari hasil indentifikasi masalah tersebut kita dapat membahas suatu materi tentang bagaimana proses belajar dan pembelajaran terhadap peserta didik di indonesia.


BAB III

PROSES BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TERHADAP PESERTA DIDIK

A. PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku peserta didik yang sifatnya ilmu pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangakan pembelajaran adalah sebagai suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi manusia, material, fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pambelajaran.

B. CIRI-CIRI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. CIRI-CIRI BELAJAR

Belajar merupakan suatu proses psikologiis, yang mana perubahan perilaku peserta didik baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun ketrampilan. Selain itu proses belajar para peserta didik di [enaruhi leh faktor internal dan eksternal. Oleh sebab itu beberapa ahli mengemukakan hal yang berbeda tentang belajar.

1. belajar menurut pandangan skinner.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.

7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

Langkah-langkah pembelajaran teori kondisioning yaitu ,sebagai berikut:

1. pendidik mempelajari keadaan kelas dengan lingkungan sekitar.

2. pendidik membuat penguatan positif.

3. pendidik melakukan pemilihan dan menentukan urutan tingkah laku serta jenis penguatan.

4. pendidik membuat/menyusun program pembelajaran termasuk di dalamnya penguatan yang mungkin bisa di lakukan.

2. belajar menurut pandangan gagne.

Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Verbal information (informasi verbal).
2) Intellectual Skill (skil Intelektual).
3) Attitude (perilaku).
4) Cognitive strategi (strategi kognitif).

Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi.

Kemampuan skill intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how”

Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan.

Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.

B. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN

Pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun dari berbagai unsur meliputi unsur manusia, materia, fasilitas perlengkapan, dan presoder yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga ciri khasnya sistem pembelajaran yaitu:

C Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur dari pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

C saling ketergantungan antara unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan.

C tujuan merupakan sistem pembelajaran memiliki tujuan tertentu yang hendak di capai.

Adapun kondisi eksternal yang berpangaruh pada belajar aakn di bahas pada bagian berikut ini:

1. bahan belajar yaitu materi yang secara langsung menjadi acuan bagi proses belajar mengajar.

2. suasana belajar adalah suatu kondisi lingkungan, baik secara fisik aupun nonfisik yang memberikan pengaruh pada proses pembelajran.

3. media dan sumber belajar yaitu segala sesuatu yang memfasilitaskan seorang untuk belajar.

4. figur pendidik merupakan subjek bagi pembelajaran siswaa. Ia juga merupakan orang pertama yang berinteraksi dengan peserta didiknya.

C. MODEL-MODEL BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Model-model Belajar

Uraian berikut ini adalah untuk menjawab pertanyaan, bagaimana siswa belajar? Dengan memahami uraian ini, guru (kita) bisa menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi siswa. Bukankah pemberian harus diselaraskan dengan mereka yang akan menerima pemberian sehingga dapat bermanfaat secara optimal, dan tidak sebaliknya.

Model-model belajar yang dimaksud pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar sesama temannya atau orang yang lebih tua. Dengan memahami model-model belajar ini, diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu:

1. Peta Pikiran

Buzan (1993) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka akan terkait dengan kata lain secara fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana, atau ke tokoh lain Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya.

Demikian pula kata dalam pikiran kita terlintas FKIP Universitas Langlangbuana Bandung akan terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar penghargaan untuk perkuliahan per-sks. Silakan anda mencoba menuliskan / menggambarkan peta pikiran tentang Bajuri dan FKIP Unla di atas.

2. Kecerdasan Ganda

Goldman (2005) mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak.

Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitasa negatif, misal kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia atau mubadzir (at tubadziru minasy-syaithon).

3. Komunikasi

Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula yang berkpribadian negatif.

4. Prinsip Belajar Aktif

Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajart, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.

5. Kebermaknaan Belajar

Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).

B. Model-model Pembelajaran

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.

1. Koperatif

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

2. Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

3. Realistik

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan mateastika).

4. Pembelajaran Langsung

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi.

5. Pembelajaran Berbasis masalah

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

D. MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Motivasi belajar ada yang instrinsik ada yang ekstrinsik. Sedangkan penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada di tangan para guru pendidik dan anggota masyarakat. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain :


1. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

dan mengarahkan perilaku Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembnagan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangn kepribadian. Cita-cita siswa untuk menjadi seseorang (gambaran ideal) akan memperkuat semangat belajarbelajar.


2. Kemampuan Siswa

Keinginan seseorang perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Dengan didukung kemampuan, keberhasilan mencapai sesuatu akan menambah kekayaan pengalaman hidup, memuaskan dan menyenangkan hati anak. Karenanya kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.


3. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmana dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.

5. Kondisi Lingkungan Siswa

Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkugan sekitar. Lingkungan sekitar itu berupa keadaan alam, tempat tinggal, pergaualan sebaya dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar.


6. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Semua unsur dinamis dalam proses belajar dan pembelajaran turut mempengaruhi motivasi belajar. Karena siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Untuk itu guru yang professional diharapkan mampu memanfaatkan semua unsure dinamis tersebut.


7. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Intensitas pergaulan guru dan siswa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Karenanya sebagai pendidik guru harus dapat memilah dan memilih dengan memberikan tauladan yang baik untuk membelajarkan siswa.

E. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PEMBALAJARAN


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar seorang anak antara lain:


1. Optimalisasi penerapan prinsip belajar
Beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru dalam upaya pembelajaran kepada siswa diantaranya:

C guru telah mempelajari bahan pelajaran,

C guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang dan sukar,

C guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan

C guru telah memahami sifat bahan pelajaran

Beberapa prinsip belajar di antaranya:

C belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar,

C belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya

C belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program tertentu,

C sesuai dengan perkembangan jiwa siswa,

C belajar bisa menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya.

2. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan PembelajaranUpaya optimalisasi tersebut antara :

C memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajarnya,

C memelihara minat, kemauan, dan semangat belajar siswa,

C meminta kesempatan pada orang tua siswa agar memberi kesempatan pada siswa mengaktualisasi diri,

C memanfaatkan unsur-unsur lingkungan,

C menggunakan waktu secara tertib,

C merangsang siswa dengan memberi penguat rasa percaya diri.

3. Optimalisasi Pemanfaatan, Pengalaman dan Kemampuan Siswa
Beberapa upaya optimalisasi tersebut antara lain:

C menugasi siwa membaca bahan belajar sebelumnya,

C guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa,

C guru memecahkan dan mencari cara memecahkan hal-hal yang sukar,

C guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran,

C guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi permasalahan,

C (f) beri kesempatan siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekannya


4. Pengembangan Cita-cita dan Aspirasi Belajar
Beberapa cara mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar antara lain

C menciptakan suasana belajar yang menggembirakan,

C mengikut sertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar,

C mengajak serta orang tua siswa memperlengkap fasilitas belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, dinn.dkk.2006.pengantar pendidikan.jakarta:universitas terbuka.

Soekamto, Toeti. 1986. Teori belajar dalam sistem instruksional. Makalah disampaikan pada pelatihan sistem instruksional di Pustekkom Dikbud (sekarang Diknas), kerja sama dengan UT Jakarta.

Yusup, Pawit M. 2003. homepage Pawit MY. Biografi, makalah, modul kuliah, dll. Alamat: http://bdg.centrin.net.id/~pawitmy/

Suharsono, Naswan. Tiga Alternatif Pendekatan Pembelajarn : Tinjauan dari sudut pandang psikologi. Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Penelitian No. 1-2, Oktober 1994. PPS IKIP Malang.

www.haveza.multiply.com/reviews/item/3 - 40k

www.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/ - 143k

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, dinn.dkk.2006.pengantar pendidikan.jakarta:universitas terbuka.

Soekamto, Toeti. 1986. Teori belajar dalam sistem instruksional. Makalah disampaikan pada pelatihan sistem instruksional di Pustekkom Dikbud (sekarang Diknas), kerja sama dengan UT Jakarta.

Yusup, Pawit M. 2003. homepage Pawit MY. Biografi, makalah, modul kuliah, dll. Alamat: http://bdg.centrin.net.id/~pawitmy/

Suharsono, Naswan. Tiga Alternatif Pendekatan Pembelajarn : Tinjauan dari sudut pandang psikologi. Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Penelitian No. 1-2, Oktober 1994. PPS IKIP Malang.

www.haveza.multiply.com/reviews/item/3 - 40k

www.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/ - 143k

K.H. ARIFIN ILHAM

Mengenal K.H. ARIFIN ILHAM

Si Badung dari Banjarmasin

Begitu lahir, ia sudah bergigi. Ketika kecil, badungnya bukan alang kepalang. Ia nyaris membakar rumah, hanya karena permintaannya tidak dituruti. Doa kedua orang tuanya di Tanah Suci mengubah perangai Arifin.
Suatu siang di tepi sungai kecil tak bernama di Jalan Sutoyo, Banjarmasin, seorang anak laki-laki berusia dua tahun sedang asyik bermain-main air menemani sang ibu yang sedang sibuk mencuci. Tiba-tiba bocah itu tergelincir dan sekejap kemudian air yang deras sudah menariknya ke tengah sungai.

Menyaksikan anaknya hanyut, tanpa berpikir panjang ibu yang tengah hamil delapan bulan itu langsung terjun ke sungai. Air sungai yang deras dan dalam tidak membuatnya ciut. Ia berenang semampunya agar bisa menggapai kaki anak lelaki satu-satunya itu. Bocah itu sudah tenggelam cukup jauh dan terus meluncur cepat sejalan dengan derasnya air sungai. Sekujur tubuhnya tak terlihat dan hanya sesekali kaki anak itu tampak menjulur ke atas. Sambil terus berenang, wanita muda itu berusaha sekuat tenaga menggapai kaki anak itu. Ia seakan sudah tidak menghiraukan lagi bahwa di perutnya tengah ada jabang bayi yang usianya sudah cukup tua.



imageSyukurlah, usahanya membuahkan hasil. Setelah berenang sekitar empat meter lebih, ia akhirnya berhasil menangkap kaki putranya. Bocah itu sudah pucat pasi dan tak sadarkan diri. Beruntung, ibu itu masih merasakan ada gerak kehidupan di jantungnya. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, ibu itu menggendong putranya ke pinggir kali. Setelah itu, sang ibu tak sadarkan diri dan tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya.

Perjuangan ibu itu tidak sia-sia. Bocah yang nyaris mati tenggelam itu, kini telah menjadi seorang dai (penceramah agama) yang sangat kondang. Sejak namanya mulai dikenal, hampir setiap hari K.H. Arifin Ilham muncul di layar TV atau media lain. Berbeda dengan dai sejuta umat, K.H. Zainuddin M.Z., dan dai manajemen kalbu, Aa Gym, Arifin Ilham tampil dengan gaya zikirnya yang menyejukkan. Seakan membawa jemaahnya terbang ke langit serta melupakan dunia yang fana.



BERGIGI SEJAK LAHIR

Saat Arifin kecil itu tenggelam, ayahnya, H. Ilham Marzuki, yang bekerja sebagai staf di Bank BNI 46 di Banjarmasin, tengah berada di luar kota. Saat itu Arifin tengah bermain dengan kakaknya, Mursidah, sementara ibunya tengah mencuci. “Saat bermain dengan kakak, saya tiba-tiba terpeleset dan terjatuh ke sungai. Saya langsung tenggelam dan setelah itu saya tak sadar lagi apa yang terjadi,” Arifin Ilham membuka kisah masa kecilnya di sela-sela kegiatannya yang padat, antara lain mengisi siaran rohani di televisi.

Alhamdulillah, Arifin berhasil ditolong dan sehat kembali, sementara ibunya maupun kandungannya juga tak bermasalah. Pada 21 April 1971 (kandungan usia sembilan bulan sepuluh hari) ibunya melahirkan adik Arifin, Siti Hajar, dengan selamat.

Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki. Ayah Arifin masih keturunan ketujuh Syeh Al-Banjar, ulama besar di Kalimantan, sementara ibunya, Hj. Nurhayati, kelahiran Haruyan, Kabupaten Barabay.

Setahun setelah menikah, pasangan ini melahirkan putri pertama mereka tahun 1967. Karena anak pertama mereka perempuan, betapa bahagianya mereka ketika anak keduanya adalah laki-laki. Nurhayati mengatakan bahwa saat hamil anak keduanya itu, ia merasa biasa-biasa saja, tidak ada tanda-tanda khusus. Hanya, berbeda dengan keempat putrinya, saat dalam kandungan, bayi yang satu ini sangat aktif. Tendangan kakinya pun sangat kuat, sehingga sang ibu acapkali meringis menahan rasa sakit.

Bayi yang lahir tanggal 8 Juni 1969 itu kemudian diberi nama Muhammad Arifin Ilham. Berbeda dengan keempat saudaranya yang lain, yang saat lahir berat mereka rata-rata 3 kilogram lebih, bayi yang satu ini beratnya 4,3 kilogram dengan panjang 50 sentimeter. “Anehnya, bayi itu sejak lahir sudah bergigi, yaitu di rahang bagian atasnya,” kenang Nurhayati.

Bayi itu selanjutnya tumbuh sehat. Usia setahun sudah bisa berjalan dan tak lama setelah itu ia mulai bisa berbicara. Setelah Siti Hajar, satu demi satu adik Arifin pun lahir. Yaitu, Qomariah yang lahir tanggal 17 Mei 1972 dan si bungsu Fitriani yang lahir tanggal 24 Oktober 1973.

Saat berusia lima tahun, Arifin dimasukkan oleh ibunya ke TK Aisyiah dan setelah itu langsung ke SD Muhammadiyah tidak jauh dari rumahnya di Banjarmasin. Arifin mengaku, saat masih di SD itu ia tergolong pemalas dan bodoh. “Kata orang Banjarmasin, Arifin itu babal. Arifin baru bisa baca-tulis huruf Latin setelah kelas 3,” kenang Arifin yang setiap kali berbicara tentang dirinya selalu menyebut namanya sendiri.

Di SD Muhammadiyah ini Arifin hanya sampai kelas 3, karena berkelahi melawan teman sekelasnya. Masalahnya, dia tidak rela ada salah seorang temannya yang berbadan kecil diganggu oleh teman sekelasnya yang berbadan cukup besar. Arifin kalah berkelahi karena lawannya jagoan karate. Wajahnya babak belur dan bibirnya sobek. Agar tidak berkelahi lagi, oleh ayahnya Arifin kemudian dipindahkan ke SD Rajawali.

KECIL, TAPI TUA

Rumah tempat tinggal orang tua Arifin terletak di Simpang Kertak Baru RT 7/RW 9, kota Banjarmasin, tepat di sebelah rumah neneknya, ibu dari ibunda Arifin. Sebagai pegawai Bank BNI 46, ayahnya sering kali bertugas ke luar kota Banjarmasin, kadang-kadang sampai dua-tiga bulan. Ayah Arifin mengakui bahwa ia tidak banyak berperan mendidik kelima anaknya, sehingga akhirnya yang banyak berperan mendidik Arifin adalah istri dan ibu mertuanya. Arifin mengungkapkan bahwa cara mendidik kedua orang tua itu keras sekali. “Baik Mama maupun Nenek kalau menghukum sukanya mencubit atau memukul. Dua-duanya turunan, kalau nyubit maupun memukul keras dan sakit sekali,” canda ustad muda itu.

Nenek Arifin sangat disiplin. Setiap pulang sekolah, Arifin kecil diharuskan untuk tidur siang. Kalau tak bisa tidur, ia terpaksa berpura-pura tidur, karena ditunggui dan dipelototi oleh sang nenek. Kalau mata melek sedikit, neneknya langsung berteriak-teriak, “Tidur... tidur…!” Meski tak ditunggu sekalipun, ia tak berani kabur karena kalau ketahuan pasti langsung dicubit atau dipukuli. Meskipun semua saudaranya perempuan, mereka pernah merasakan cubitan ibu maupun neneknya. “Nenek, kalau nyubit di paha, kenceng sekali, sampai-sampai paha kami biru-biru semua,” tambahnya sembari tertawa.

Di masa kecil, Arifin lebih suka bermain dengan teman-teman yang usianya lebih tua, sehingga ia dijuluki ‘ketu’, maksudnya, kecil tapi tua. Akibatnya, meski secara fisik dan usianya masih bocah, penalarannya acapkali seperti orang dewasa. Ibunda Arifin sangat terkesan dengan sifat sosial dari anak lelaki satu-satunya itu. “Sejak kecil, Arifin sangat berjiwa sosial. Dulu, ketika anak-anak masih kecil, setiap kali saya membagikan makanan dan di antara saudaranya ada yang merasa kurang, maka bagian makanannya langsung diberikan kepada saudaranya itu,” kenang sang ibu.

Ada satu kenangan yang tak pernah dilupakan oleh ibu dari lima anak itu. Saat itu, Arifin, yang baru duduk di kelas IV SD, serta semua saudaranya diajak jalan-jalan oleh kedua orang tuanya. Di tengah jalan, Arifin tiba-tiba memohon kepada ayahnya agar menghentikan mobilnya. Begitu mobil berhenti, ia segera turun. Rupanya, Arifin merasa iba melihat seorang lelaki tua yang susah payah menarik gerobak yang sarat dengan bawaan, menaiki jembatan. Bocah itu langsung membantu mendorong gerobak dari belakang sampai akhirnya berhasil mendaki jembatan itu. “Setelah itu, Arifin masih memberi uang kepada lelaki tua itu,” tutur Nurhayati, mengenang kelakuan putranya.

HAMPIR MAU BAKAR RUMAH

Kenakalan Arifin rupanya masih saja berlanjut, meskipun sudah dipindahkan ke SD Rajawali. “Maklum, karena kami tinggal di kota, Arifin mulai agak terpengaruh pada hal-hal yang sedikit negatif,” tutur Ilham Marzuki. ”Dia mulai bisa bermain judi dengan uang kecil-kecilan dan merokok dengan sembunyi-sembunyi.”

Menurut Arifin, ia tidak pernah berjudi dengan taruhan uang. “Arifin memang suka bermain judi dadu, tapi taruhannya bukan uang,” sergahnya. “Kalau Arifin berjudi, taruhannya kelereng. Kita pasang tiga kelereng, kalau menang dapat 10 kelereng. Tapi, Arifin banyak kalahnya sehingga lama- kelamaan duit Arifin pun habis untuk membeli kelereng. Karena masih ingin main judi, Arifin pun mencuri. Saat Abah memanggil-manggil dan mengajak salat berjemaah, Arifin pura-pura mandi. Begitu Abah sudah mulai salat, Arifin pun segera masuk ke kamar Abah dan mengambil uang Abah yang ada di kamar. Arifin tak berani mengambil banyak-banyak, hanya sekitar seribu rupiah!”

Pendidikan yang keras dan disiplin terhadap Arifin di rumah rupanya tidak selalu membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Di luar rumah, Arifin menikmati dunianya sendiri, sehingga membuat kedua orang tuanya jadi semakin cemas. “Karena Abah sering ke luar kota, maka Arifin pun jadi kurang terkontrol dan nakal,” kata Arifin beralasan.

Oleh kedua orang tuanya Arifin pun didatangkan guru mengaji ke rumah. Selain diharapkan pintar mengaji, kedua orang tuanya juga berharap agar anak lelaki satu-satunya itu tidak banyak bermain di luar rumah. Tapi, apa yang terjadi? Arifin justru membuat ulah yang aneh-aneh. Setiap kali guru mengaji itu datang ke rumah, ia selalu saja dijaili Arifin. “Kadang-kadang Arifin gembosin ban sepedanya, kadang-kadang ngumpetin sandalnya,” ujar Arifin berterus terang.

Saat kelas 6 SD Arifin pernah mengancam akan membakar rumah orang tuanya. Pasalnya, sang ayah tidak mau mengabulkan permintaannya. Rupanya, ia minta dibelikan motor trail, tapi malah dibelikan motor Vespa. Ayahnya khawatir, kalau dibelikan motor trail, Arifin akan main kebut-kebutan yang tentu sangat membahayakan keselamatannya. “Biarpun harganya lebih mahal, motor itu tidak trendi,” ujarnya jengkel.

Meski sudah menyiapkan minyak tanah dan korek api, orang tuanya tidak memperhatikan ancamannya itu. Arifin jadi kesal. Ia kemudian membuat ulah agar ayahnya naik pitam. Suatu sore, ketika banyak orang sedang bermain badminton di sebelah rumahnya, Arifin ikut bergabung bersama mereka. Ia tahu ayahnya sedang duduk-duduk di teras rumahnya dan dengan mudah bisa melihat apa yang diperbuatnya. Ia juga tahu ayahnya sangat tidak suka melihat orang merokok, terlebih itu dilakukan oleh anak kecil, seperti dirinya. Arifin pun sesungguhnya tidak suka merokok. Tapi, untuk memancing kemarahan ayahnya, ia sengaja merokok di depan ayahnya dan orang banyak. Begitu sampai pada tiga empat isapan, sang ayah mendekatinya dan langsung menampar sambil memarahinya. “Kamu ini nyontoh siapa, sih. Kamu, kok, jadi badung seperti ini? Kamu mau jadi apa kalau sudah besar nanti?”

Tamparan itu tidak hanya mempermalukannya, tapi juga membuatnya sakit lahir batin. Maklum, sewaktu muda ayahnya juga pernah berlatih karate, sehingga pukulannya cukup mantap. Saat itu juga ia kabur dari rumah. Ia sangat marah dan sakit hati sehingga tidak ingin pulang lagi ke rumah orang tuanya. Tapi, begitu jauh dari rumah, ia bingung mau lari ke mana. Karena hari sudah larut, maka ia putuskan singgah di rumah Ahmad, sahabat mainnya. Ia berpesan kepada keluarga Ahmad agar tidak memberitahukan keberadaannya kepada kedua orang tuanya. Tapi, diam-diam orang tua Ahmad memberitahukannya kepada Hj. Nurhayati, ibu Arifin. Nurhayati kemudian memberikan sejumlah uang kepada orang tua Ahmad untuk keperluan Arifin, baik untuk makan atau keperluan lain.

Arifin sama sekali tidak tahu bahwa ibunya sudah mengetahui keberadaannya. Tapi, ia merasa ada sesuatu yang agak janggal. Ia tahu persis bahwa kehidupan keluarga Ahmad tergolong susah. “Tapi, kenapa setiap hari makanannya selalu lezat-lezat? Nasinya enak, lauknya pun lengkap, ada ikan, daging, dan sebagainya,” papar Arifin. “Rupanya, selama Arifin menginap di rumah ini, selalu disubsidi Mama. Mama datang setiap hari dengan sembunyi-sembunyi, tanpa Arifin ketahui atau pas Arifin tidak berada di rumah,” lanjutnya.

Memasuki hari kelima, Nurhayati datang ke rumah orang tua Ahmad dan sengaja menemui Arifin. Ia memberi tahu bahwa ayahnya sakit keras gara-gara memikirkan Arifin. Ia membujuk putranya agar segera pulang ke rumah. Arifin trenyuh juga mendengar cerita itu dan saat itu pun ia bersedia pulang bersama ibunya. Sampai di rumah, Arifin langsung memohon maaf kepada ayahnya yang langsung memeluknya. “Kami saling berpelukan dan bertangis-tangisan,” kenang Arifin sendu. “Ini benar-benar seperti cerita sinetron!” lanjutnya bercanda.

Jadi Jagoan di Pesantren

Di Tanah Suci, kedua orang tuanya berdoa khusyuk untuk Arifin. Hasilnya, tabiat Arifin berubah drastis!

Saat kedua orang tuanya menunaikan ibadah haji, Arifin malah asyik berjudi. Tapi, ucapan seorang temannya yang pemabuk dan penjudi, hidupnya berubah total. Ia tinggalkan dunia remajanya yang ‘hitam’ dan dengan caranya ia mencoba memperbaiki hidupnya.

Apa saja yang dilakoni Arifin untuk menebus kesalahannya pada orang tuanya? Dan bagaimana langkahnya dari seorang ‘penjudi’ menjadi seorang dai?

SANTRI BERDASI

Meskipun badung, Arifin berhasil lulus SD dengan baik. Nilai pendidikan agamanya biasa-biasa saja, namun nilai pengetahuan umumnya cukup bagus sehingga ia bisa masuk ke SMP Negeri I Banjarmasin, sekolah favorit di ibu kota Kalimantan Selatan itu. “Kalau Arifin serius dan bersemangat untuk belajar, Arifin pasti mampu,” ujar Arifin. “Ketika kelas 6 Arifin mulai memiliki semangat belajar, sehingga nilai Arifin pun cukup bagus.”

Tapi, bukan berarti Arifin tidak nakal lagi. Ia masih suka bermain dengan anak-anak yang lebih tua darinya, serta bermain judi. Tahun 1982 ayah-ibunya berangkat ke Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Di depan Kabah kedua orang tua Arifin bersimpuh di hadapan Ilahi, memohon agar Arifin diberikan petunjuk dan hidayah oleh-Nya.

Sementara itu, Arifin yang ditinggal di rumah bersama keempat saudaranya, tetap asyik bermain judi. Bekal yang ditinggalkan oleh ayahnya saat berangkat haji sudah ludes untuk membeli kelereng guna taruhan berjudi dadu. Suatu hari, ketika tengah asyik-asyiknya berjudi kelereng, Denny, salah seorang temannya bermain judi, tiba-tiba nyeletuk, “Fin, ayah lu naik haji, lu malah main judi!”

Arifin terenyak dan pikirannya mendadak menjadi tidak tenang. Saat itu juga ia langsung pamit pulang. Celetukan itu ternyata masuk ke nalar Arifin. Meski Denny seorang pemabuk dan penjudi, entah kenapa, ucapannya kali ini seakan langsung menohok kalbu Arifin. Sepanjang perjalanan, ia teringat pada kedua orang tuanya yang tengah menunaikan ibadah haji. Tiba-tiba ia dihantui perasaan bersalah yang luar biasa kepada kedua orang tuanya. Bayang-bayang kenakalannya selama ini mendadak muncul di hadapannya, membuat batinnya makin tersiksa. Semalaman ia tidak bisa tidur pulas. Setiap kali terbangun, bayangan kedua orang tuanya muncul, hingga membuatnya sangat khawatir. Tiba-tiba saja batinnya tercabik-cabik, hingga membuatnya menangis sendirian di kamar. “Hidayah tidak selalu datang dari seorang kiai atau ulama, tapi bisa juga dari mereka yang berlumur dosa,” tandasnya.

Arifin yakin, terbukanya mata hatinya tentu bukan semata-mata karena ucapan Denny yang menohok hatinya. Arifin mengatakan, “Selain Arifin mendapatkan hikmah dari ucapan Denny, doa Abah dan Mamah di Mekah ternyata dikabulkan oleh Allah. Selain untuk menunaikan ibadah haji, Arifin yakin Abah pasti memohon pada Allah agar anaknya yang nakal ini bisa mendapat petunjuk dan hidayah-Nya. Saat itu juga nur Ilahi itu tiba-tiba datang menyinari seluruh kalbu Arifin. Sejak itu, Arifin berjanji pada diri sendiri untuk tidak berjudi dan melakukan tindakan yang tercela. Kalau selama ini Arifin hanya salat magrib dan itu pun tidak rutin, sejak itu Arifin bertekad untuk salat lima waktu.”

Saat kedua orang tuanya pulang dari Tanah Suci, mereka sangat terkejut melihat perubahan sikap Arifin. “Kok, Arifin ini berubah sekali sifat dan kebiasaannya?” tanya ayahnya dalam hati. Belakangan, Arifin yang saat itu baru kelas 1 SMPN bahkan minta dimasukkan ke pesantren.

Menjelang saat penerimaan rapor semester akhir kelas 1 SMP, Arifin diajak oleh kedua orang tuanya berkunjung ke Pesantren Al-Fallah di kilometer 24, Banjarmasin. Tapi, Arifin menolak untuk dimasukkan ke pesantren itu. “Saya ingin masuk pesantren, tapi tidak mau pakai sarung. Saya ingin masuk pesantren yang bercelana panjang dan berdasi,” kenangnya sembari tertawa.

Sepengetahuan ayahnya, pesantren yang diharapkan Arifin itu tidak ada di Banjarmasin atau bahkan di Kalimantan. Pesantren Darussalam di Banjarmasin yang dipimpin oleh kakek Arifin pun, keadaannya sama. Pesantren yang dimaksud oleh Arifin itu adalah pesantren modern yang hanya ada di Pulau Jawa. Arifin ternyata tidak keberatan untuk nyantri di Pulau Jawa. Begitu menerima rapor kenaikan, ke kelas 2 SMP, Arifin bersama adiknya, Siti Hajar, diantar oleh sang ibu ke Jakarta tahun 1983. Kedua kakak-beradik itu kemudian dimasukkan ke Pesantren Darunnajah di Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Meski masuk pesantren atas kemauannya sendiri, pada awalnya Arifin merasa sangat tidak betah tinggal di pesantren yang jaraknya sangat jauh dari kedua orang tuanya itu. Padahal, di pesantren itu ia juga ditemani oleh adiknya. “Kalau di rumah kami ingin makan lauk yang enak, tinggal ngomong sama Mamah. Di pesantren, makanan serba terbatas dan rasanya masih kurang pas di lidah kami,” kata Arifin. “Setiap minggu kami hanya sekali bisa makan daging serta ikan, selebihnya setiap hari kami hanya makan tahu tempe.”

SENINYA JADI SANTRI
Rekan dekat Arifin di Pesantren Darunnajah, Drs. H. Royhan Sabuki, memaklumi keluhan Arifin. Tapi, ia menyadari kenapa fasilitas pesantren demikian memprihatinkan. Saat ia masuk tahun 1983, uang masuknya masih sangat murah. Saat itu jumlah santrinya baru sekitar 300 orang, dan setiap anak ditarik uang masuk Rp50.000, serta uang makan setiap bulan Rp22.000. “Padahal, untuk sekali makan di warteg (warung Tegal) saja, waktu itu sudah seribu rupiah. Jadi, wajar kalau dengan biaya sebesar itu menu pokok kami setiap hari tidak lepas dari tahu tempe,” kenangnya.

“Di sinilah seninya tinggal di pondok pesantren. Mereka harus ulet dan disiplin,” kata Ustad Drs. K.H. Machrus Amin, pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta. “Di pesantren tentu saja berbeda dengan di rumah, baik untuk mandi atau makan. Agar bisa mandi pagi-pagi, mereka harus disiplin bangun pagi-pagi pukul empat. Begitu juga dengan makan. Makan di pesantren itu rumusnya berkah. Sekarang, dengan uang makan Rp135.000 sebulan bagi setiap santri, yang berarti sekali makan hanya Rp1.500, tentu saja tidak akan bisa memuaskan semua pihak. Tapi, masih bisa makan dengan lauk ayam, ikan, maupun daging, tentu sudah lumayan. Dengan anggaran itu, semua guru dan karyawan sudah bisa ikut makan. Di sinilah letak keberkahan pesantren itu!”

Salah satu sifat yang sangat berkesan pada diri Arifin dari kacamata Royhan adalah kedermawanannya. Saat di tingkat aliyah (SMU), pertemanan mereka makin dekat. Setiap kali keluar pesantren, Arifin sering kali mengajak Royhan. “Ustad Arifin orangnya sangat sosial. Setiap kali keluar pesantren, dia pasti mengajak saya makan dan makannya selalu di restoran yang enak-enak,” tutur Sarjana Fakultas Syariah Darunnajah yang kini mengasuh Pesantren Darunnisak di Legoso, Ciputat, itu.

Tidak hanya pada dirinya Arifin bersikap dermawan. Suatu hari, Arifin membeli baju dari bahan kaus di Pasar Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sesampainya di pesantren, salah seorang teman menegurnya, “Wah, habis beli baju baru, Fin?”

“Ya, lu mau?” jawab Arifin spontan.

“Nggak... nggak, ah,” jawab teman itu malu-malu.

“Ambil, deh, untuk lu!” kata Arifin enteng sembari melempar baju yang baru saja dibelinya itu.

GILA PIDATO
Di samping masalah makan dan fasilitas tempat tinggal, ada masalah lain yang membuat Arifin tidak betah di pesantren. Selain kurang serius dalam belajar, ia merasa sangat berat mengikuti materi pelajaran agama di pesantren itu. Seharusnya, untuk masuk di tingkat tsanawiyah (tingkat SMP dengan pendidikan agama) harus berijazah ibtidaiyah (tingkat SD dengan tambahan pendidikan agama). Arifin sendiri berasal dari SD umum dan pengetahuan agamanya pun sangat tipis. Ia belum lancar membaca dan menulis Arab. Padahal, itu merupakan materi utama pelajaran di tingkat tsanawiyah.

“Karena sangat jauh tertinggal, maka semangat belajar Arifin pun jadi sangat kurang,” Arifin beralasan. “Selain itu, di pesantren tersebut nilainya jujur sekali. Kalau nilainya 2 atau 3, nilai di rapor pun akan seperti itu. Nilai rapor Arifin pun seperti lautan merah. Dari 40 mata pelajaran di rapor, lebih dari 30 mata pelajaran merah semua. Buruk sekali!”

Saat itu Arifin sangat terpukul dan sedih. Tapi, ia tak ingin menyerah. Bagaimanapun, masuk ke pesantren itu adalah kemauannya sendiri. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Memasuki semester dua, ia berusaha memacu diri. Kalau orang lain bisa, ia pun harus bisa, begitu tekadnya. Usahanya tidak sia-sia, ia berhasil naik ke kelas II. Di kelas ini ia memacu diri lebih keras lagi. Hasilnya, sangat fantastis. Ia berhasil naik kelas dengan nilai yang cukup bagus, sehingga nilainya di atas rata-rata. Belakangan, ia bahkan masuk ranking sepuluh besar di kelasnya.

Tahun berikutnya, Arifin tidak hanya bernilai bagus, namun juga menjadi bintang di bidang olahraga dan kesenian. Selain lari dan badminton, ia berhasil menjadi juara membaca puisi. Hanya, dalam bidang pidato, Arifin masih belum pede (percaya diri). Setiap kali ada acara latihan berpidato, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Sebenarnya, ia ingin sekali bisa tampil berpidato. Tetapi, ia selalu diselimuti ketegangan dan ketakutan yang luar biasa setiap kali akan melangkahkan kakinya ke podium.

Tapi, bukan Muhammad Arifin kalau ia langsung menyerah. Pikirannya tiba-tiba menerawang jauh ke belakang, ketika ia masih tinggal bersama kedua orang tuanya di Banjarmasin. Setiap sore menjelang magrib, ia dan saudara-saudaranya selalu diajak kedua orang tua mereka ke Masjid Sabilal-Muqtadin, sekitar 200 meter dari rumahnya. Mereka berada di masjid hingga salat isya, sambil mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh K.H. Rafi Hamdan, seorang ustad kenamaan di kota Banjarmasin. “Arifin sangat terkesan dengan cara-cara beliau memberikan pengajian. Sayang, kini beliau sudah tiada,” tutur Arifin.

Arifin sangat mengidolakan ustad itu. “Enak juga jadi seorang dai seperti beliau, bisa memberikan pencerahan pada banyak orang,” pikirnya. “Tapi, bagaimana mungkin berceramah panjang lebar seperti itu, kalau mau naik ke mimbar saja Arifin sudah gemetaran?”

Arifin terus merenung dan berpikir bagaimana caranya bisa berpidato dengan baik. Setiap kali acara latihan berpidato itu diselenggarakan di pesantren, ia selalu berusaha datang. Begitu juga ketika di pesantrennya diselenggarakan lomba pidato, ia selalu mengamati satu demi satu rekan-rekannya yang tampil. Ketika akhirnya salah seorang di antara mereka dinyatakan tampil sebagai juara, pengamatannya pun dialihkan kepada rekannya itu. Arifin mengamati kehidupan sehari-hari rekannya itu, sejak mulai bangun tidur, salat, makan, dan sebagainya. “Ternyata anaknya biasa-biasa saja. Kalau dia bisa, kenapa Arifin tidak?” kata Arifin mengungkapkan perasaannya saat itu.

Sejak itulah, Arifin seperti ‘kesetanan’ pidato. Di saat semua teman di kamarnya tertidur lelap, ia justru bangun. Ia lalu berdiri di atas tempat tidurnya, dan beraksi seperti layaknya orang-orang berpidato di atas mimbar, ”Para hadirin yang sedang nyenyak tidur, para bantal, para kasur, dan para sarung yang kumal-kumal yang kami hormati. Pertama-tama marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang….”

MR ENGLISHMAN
Cara ‘gila’ belajar dan berlatih pidato itu ternyata tidak percuma. Ia tidak lagi mandi keringat dingin dan gemetaran setiap kali harus naik mimbar di hadapan teman-teman santrinya untuk berlatih pidato. Ia pun mulai mampu mengatur kata demi kata yang harus ia sampaikan dalam setiap latihan pidatonya. Kepercayaan dirinya terus bertambah, sehingga ia pun mulai berani tampil berceramah di luar pesantren. Setiap kali ia pulang liburan ke rumah orang tuanya di Banjarmasin, ia mulai memberanikan diri berceramah di Dakwatul-Chair, surau yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya.

Meski di pesantren sudah sering berpidato, Arifin mengaku sangat tegang saat pertama kali diminta oleh pengurus surau itu untuk berceramah. “Semalaman Arifin tidak bisa tidur dan keringat dingin keluar dari sekujur tubuh,” kenangnya. “Arifin kemudian bangkit dari tempat tidur dan berusaha membaca buku untuk mempersiapkan bahan ceramah. Siapa tahu, sambil membaca, mata jadi lelah dan bisa tidur. Ee… mata Arifin tetap saja melek dan buku yang Arifin baca pun tidak masuk ke otak. Berhadapan dengan massa ternyata lebih menakutkan!”

Tapi, hanya sekali itu saja Arifin nervous, sehingga ceramahnya pun dirasakan tidak keruan dan banyak kalimat yang salah-salah. Sampai di rumah, Arifin pun kemudian berpikir panjang. “Arifin ternyata dibutuhkan umat. Arifin ditunggu oleh umat. Jadi, Arifin harus lebih serius dan bersungguh-sungguh lagi!”

Hari-hari selanjutnya ketegangan itu makin berkurang dan ia pun tampil dengan penuh percaya diri. Rupanya, banyak jemaah yang menyukai gaya ceramahnya, sehingga belakangan ia diminta tampil di tempat-tempat lain. Akhirnya, setiap kali pulang ke Banjarmasin, Arifin jadi sangat sibuk. Di usianya yang masih sangat remaja, ia sudah menjadi penceramah agama dari masjid ke masjid. “Belakangan, Arifin bahkan diminta untuk berkhotbah Jumat di Masjid Al-Jihad, masjid orang-orang Muhammadiyah yang cukup dikenal di Banjarmasin,” kata sang ayah.

Menanggapi tentang kepiawaian Arifin berpidato, Royhan bercerita, “Sejak dulu, cara bicaranya sangat terlatih, sehingga setiap kali dia tampil selalu mendapat sambutan hangat dari teman-teman. Akhirnya ia pun berhasil menjadi juara di berbagai lomba pidato. Selain di Pesantren Darunnajah, ia berhasil menjadi juara pidato tingkat nasional dan tingkat Asean.”

Kesimpulan Arifin, “Sebesar kesadaranmu, sebesar itu pula keuntunganmu. Sebesar keinsafanmu, sebanyak itu pula keuntunganmu!” Royhan pun sangat kagum pada semangat dan kesungguhan Arifin. Memasuki tahun kedua, setiap santri di Darunnajah diharuskan berkomunikasi dengan bahasa Arab atau Inggris. Kalau ada santri yang berbicara sehari-hari tidak menggunakan kedua bahasa asing itu, maka mereka akan dihukum. Hukumannya bisa bermacam-macam, tergantung berapa kali santri itu ketahuan tidak berbahasa asing. Hukuman bisa berupa menghafal atau menulis kata atau kalimat bahasa Arab/Inggris, bisa disuruh membersihkan kamar mandi, dan sebagainya.

Setiap anak diwajibkan menjadi mata-mata bagi anak lain, sehingga siapa pun yang berbicara dengan tidak menggunakan bahasa Arab atau Inggris, pasti akan mendapatkan hukuman. Akhirnya, hampir semua santri pernah menjalani hukuman itu. Kalau teman-teman lain lebih suka berbicara dengan bahasa Arab, Arifin lebih suka berbahasa Inggris. Arifin sering kali mengatakan, “I don’t care. I don’t care with the other person!” ujar Arifin seperti ditirukan oleh Royhan. “Teman-teman menyebut Ustad Arifin sebagai Mr Englishman!” Royhan bercerita sembari tertawa. Di kalangan teman-temannya, Arifin dikenal lebih piawai berbahasa Inggris daripada berbahasa Arab.

JAGOAN BERKELAHI
Perjalanan menuju sukses ternyata memang tidak mudah. Di mana pun, ada saja orang yang iri dan dengki melihat orang lain sukses. Demikian juga yang dirasakan Arifin. Selain merasa sulit bergaul, ia sering kali merasa diperlakukan tidak adil oleh pengasuh pesantren maupun para guru. Maklum, yang masuk di pesantren itu memang santri-santri dari berbagai suku di tanah air, sehingga budaya dan tingkah laku mereka pun bermacam-macam. “Sejak kecil Arifin paling tidak bisa melihat ketidakadilan. Karena itu, Arifin pun terpaksa berkelahi karena melihat ketidakadilan itu,” kata Arifin.

Suatu hari, Arifin melihat ada seorang santri yunior bernama Muhammad Ali disakiti oleh santri senior. Arifin pun marah dan tidak mau menerima keadaan itu sambil menantang sang senior itu berkelahi. “Eh, lu jangan cuma berani lawan anak kecil. Lawan gua kalau i memang jagoan!”

Dalam kesempatan lain, Arifin naik pitam lagi ketika ia berhasil memergoki santri yang mencuri lauk-pauk kiriman ibunya dari Banjarmasin. Hampir setiap bulan ia memang mendapat kiriman kecap, abon, dan ikan khas Banjarmasin. Sebagian ia bagikan kepada teman-temannya, dan sebagian lagi ia simpan agar bisa untuk makan sebulan. Tapi, belum lagi genap tiga hari, semua lauk itu sudah raib. Bulan berikutnya, Arifin sengaja memasang jebakan, sampai akhirnya berhasil menangkap ‘pencuri’nya. Arifin pun langsung menghajar anak itu. Sambil melempar abon dan kecap ke wajah temannya itu, Arifin membentaknya, “Makan, tuh, abon sama kecap ini!”

Selain dikenal sebagai juara lomba pidato, di Pesantren Darunnajah Arifin akhirnya juga dikenal sebagai santri yang suka berkelahi. Padahal, setiap kali usai berkelahi, Arifin selalu mendapat hukuman, yaitu digunduli kepalanya. Suatu hari, ketika Arifin dan santri-santri lain tengah antre makan, mendadak salah seorang santri langsung nyerobot antrean. Melihat ketidakadilan seperti itu, Arifin tentu saja sangat marah. Saat itu hanya Arifin yang berani menegur santri nakal itu, karena dia punya banyak teman. “Meskipun di pesantren, rupanya mereka main geng-gengan juga,” kenang Arifin. “Tapi, Arifin tidak takut, walaupun akhirnya Arifin dikeroyok oleh mereka. Perkelahian tentu saja sangat tidak seimbang, sehingga bibir Arifin pun robek dan berdarah-darah!”

Sebagai hukuman, Arifin pun harus digunduli. Tapi, ia berontak karena merasa diperlakukan tidak adil. Santri yang mengeroyok dan memukulinya ternyata malah tidak dihukum sama sekali. “Apanya lagi yang mau dibotaki, Kiai, sementara kepala saya sudah botak?” gumam Arifin.

MULAI DIUNDANG CERAMAH
Merasa diperlakukan tidak adil, Arifin mulai merasa tidak nyaman sekolah di pesantren itu. Ia pun memutuskan keluar sekolah, meski baru duduk di kelas dua aliyah (tingkat SMU). Setelah mengundurkan diri dari pesantren itu, Arifin pun masuk ke Pesantren Assyafi’iyah di daerah Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. “Saya merasakan banyak ketidakadilan yang terjadi di Darunnajah, sehingga tidak nyaman lagi untuk meneruskan sekolah di sini,” tuturnya pendek.

Seperti di Darunnajah, tahun 1987 itu Arifin langsung masuk ke kelas 2 aliyah Assyafi’iyah. Di tempat ini ia tidak mondok di pesantren sehingga bisa lebih bebas mengekspresikan kemampuannya berpidato. Awalnya, ia hanya diminta menggantikan Ustad Ahmad yang berhalangan hadir karena beliau harus berangkat ke luar negeri. Ia dijemput dengan mengendarai motor Vespa dan pulangnya dibelikan nasi goreng.

Undangan ceramah kedua datang untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tapi, porsinya juga hanya sebagai pengisi waktu karena Ustad Manarul Hidayat —ustad kenamaan saat itu— yang seharusnya mengisi acara tersebut, datang agak terlambat. Namun, dua kali pemunculan tanpa sengaja justru membawa hikmah. Ia mulai dikenal banyak orang. Dan sejak itulah undangan berceramah di lingkungan pesantren itu mulai berdatangan.

Lebih setahun kemudian ia berhasil lulus aliyah dan berhasil mendapat ranking ketiga. Menurut rencana, ia akan melanjutkan kuliah ke sebuah universitas di Mekah, tapi beberapa guru menasihatinya agar kuliah di perguruan tinggi umum di Indonesia saja. Arifin akhirnya mendaftarkan diri di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik Universitas Nasional di Jakarta. Sambil kuliah, Arifin terus berceramah di masjid, surau, atau majelis taklim. Kian lama langkahnya kian jauh. Dari seputar Bali Matraman, merambah ke seluruh wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

Tahun 1994 Arifin lulus dari Universitas Nasional sebagai sarjana ilmu hubungan internasional. Sambil menjadi dosen di Universitas Borobudur, Arifin makin memantapkan diri sebagai dai. Arifin mengemukakan, “Arifin ingin membuktikan kepada semua orang bahwa kalau kita bersunggung-sungguh, maka kita akan berprestasi. Di mana pun, kita akan bisa berprestasi!”

Merebut Hati Umat Lewat Zikir
Arifin beberapa kali lolos dari maut. Hidupnya kian bersinar ketika berjumpa wanita pujaan dan ajakan zikir berjemaahnya mendapat sambutan gempita dari umat.

Selain menjadi dosen di Universitas Borobudur dan berdakwah, Arifin mempunyai kesibukan lain. Di tempat tinggalnya di Perumahan Mampang Indah II Depok, ustad muda yang masih lajang ini mempunyai hobi yang unik: memelihara beberapa jenis satwa, termasuk di antaranya burung hantu, iguana, monyet, dan ular.

Suatu hari, menjelang magrib tahun 1997, ia berhasil menangkap seekor ular kobra sepanjang satu meter lebih di semak-semak. Menurutnya, ular berkepala segi tiga dan di atasnya ada warna merahnya itu warnanya sangat indah. Ternyata, ular itu tidak hanya memukau, tetapi juga nyaris merenggut nyawa Arifin.

Bagaimana Arifin bisa lolos dari maut? Dan bagaimana kisah cintanya serta awalnya ia mengajak ribuan umat untuk berzikir?

NYARIS MENINGGGAL
Ular tangkapan Arifin itu diberi makan oleh Sulaeman, salah seorang jemaahnya. Pagi itu Arifin kedatangan tamu, Cut Tursina, ibu angkatnya, seorang dokter gigi, yang minta tolong diantar ke Parung untuk mencari pohon hias. Usai salat duha (salat sunah pagi hari), Arifin langsung naik ke mobil. Entah kenapa, mendadak ia turun lagi untuk melihat ularnya. Saat naik ke mobil lagi ia memberi tahu Cut bahwa tangan kanannya digigit ular. Cut mengajaknya ke dokter, tapi Arifin menolak karena merasa tidak ada gejala sakit apa-apa di tubuhnya. Ia bahkan yang mengemudikan mobilnya. Mereka bertiga pun berangkat sekitar pukul 10 pagi dan rencananya mereka akan mampir ke warung untuk makan, sebelum mencari pohon hias. Tapi, sekitar 200 meter menjelang warung makan langganan mereka di Parung, Arifin tiba-tiba mengeluh pandangan matanya mulai kabur dan mulai sulit bernapas. Ia meminta kepada Cut untuk menggantikannya mengemudi.

Cut yakin bisa ular itu sudah bereaksi sehingga ia harus bertindak cepat untuk melarikannya ke rumah sakit. Setelah keliling ke berbagai rumah sakit di Bogor dan Parung, Arifin segera dibawa ke RS Bakti Yudha di Depok. Kondisi tubuh Arifin benar-benar makin buruk saat tiba di rumah sakit itu sekitar pukul 12 siang. Cut dan Sulaeman bahkan sudah sempat menalkin (menuntun zikir bagi mereka yang akan meninggal) Arifin. Beberapa menit sebelum akhirnya tak sadarkan diri, Arifin pun berdoa, “Ya, Allah... kalau hamba tidak lagi bermanfaat hidup di dunia, segeralah hamba Kau panggil ke haribaan-Mu. Tapi, kalau hidup hamba akan bermanfaat dunia-akhirat, maka berilah kesempatan pada hamba untuk hidup.”

Setelah memeriksa dan menyuntik Arifin dengan SABU (serum anti bisa ular), dokter menganjurkan agar Arifin segera dibawa ke sebuah rumah sakit negeri yang sangat besar di Jakarta Pusat. Tapi malang, sampai sore hari berada di ruang gawat darurat, tubuh Arifin yang mulai menghitam itu tak segera disentuh oleh petugas medis.

Cut pun langsung memindahkannya ke RS Sint Carolus. Di rumah sakit inilah Arifin mendapat pertolongan yang intensif. Selain memiliki peralatan yang lengkap, pelayanannya cukup bagus. Saat itu juga Arifin dimasukkan ke ruang ICU, dan tubuhnya langsung dipasang alat bantu pernapasan, infus, alat pacu jantung, dan sebagainya.

Arifin ditangani oleh dr. Memet Nataprawira, dokter ahli bedah pencernaan yang juga ahli dalam menangani pasien yang digigit ular berbisa. Menurut dokter spesialis lulusan UI tahun 1977 itu, saat Arifin datang kondisinya sudah sangat buruk. Seperti umumnya pasien korban gigitan ular kobra atau ular laut, pernapasan Arifin pun jadi terhenti karena yang diracuni adalah sarafnya. “Kalau tak segera ditolong dengan pernapasan buatan, pernapasan korban bisa langsung terhenti. Artinya, pasien akan mati,” katanya.

Melihat keadaan pasiennya itu, ia sangat pesimistis Arifin akan bisa tertolong. “Selain kondisi pasien sangat buruk, persediaan SABU di rumah sakit maupun di seluruh apotek di Jakarta tidak ada. Dari kacamata medis, saya pesimistis pasien akan bisa tertolong! Hanya karena Tuhan-lah pasien ini akhirnya bisa tertolong,” jelas dokter Memet.

Ilham Marzuki, ayah Arifin, yang datang di hari kedua bersama istrinya setelah ditelepon Cut, hanya bisa pasrah ketika dipesan dr. Memet untuk bersabar dan banyak berdoa. “Keadaan putra Bapak sudah sangat parah, 99% sudah tidak ada harapan,” kata dr. Memet dengan sangat hati-hati. “Bapak sebaiknya banyak berdoa dan kita serahkan jalan yang terbaik pada Allah. Hanya mukjizat Allah-lah yang mampu menolong putra Bapak!”

Nurhayati, ibunda Arifin, terus-menerus menangis sejak diberi tahu bahwa anaknya masuk rumah sakit karena digigit ular. Ia bahkan nyaris pingsan ketika melihat anak kesayangannya itu tak sadarkan diri. Belahan jiwa yang kini menjadi kebanggaan keluarga itu, kini tengah menunggu malaikat maut. Tak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali, kecuali denyut jantung yang dibantu dengan alat pacu jantung, dan tarikan napas yang dibantu dengan alat bantu pernapasan.

Esoknya, saat memeriksa Arifin, dr. Memet melihat kaki pasiennya itu bergerak-gerak. “Alhamdulillah... putra Bapak masih ada harapan untuk hidup. Kakinya sudah mulai bergerak-gerak,” katanya kepada Ilham.

Ditambahkannya, kalau seorang pasien yang masih koma itu tiba-tiba menggerakkan kakinya, maka harapan hidup pasien itu cukup tinggi. “Fisik pasien ini memang sangat prima. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa otak, jantung, ginjal, maupun paru-parunya bagus tidak terkena racun bisa, sehingga akhirnya lolos dari maut,” tutur dr. Memet.

ZIKIRNYA MUDAH DIPAHAMI
Arifin bersyukur kesehatannya secara bertahap pulih kembali, setelah 21 hari mengalami koma. Setelah sebulan menunggui Arifin di rumah sakit, ayahnya pun kembali ke Kalimantan, sementara ibunya menemaninya di rumahnya di Depok. Perlahan-lahan lumpuh pada kaki dan tangannya mulai sirna, dan belakangan tinggal matanya yang silau setiap kali melihat cahaya. Tapi, tak lama kemudian keadaan matanya berangsur membaik. Ia juga sudah mulai aktif kembali ke Masjid Al-Amru Bit-Taqwa, masjid yang didirikan olehnya bersama tetangganya di Perumahan Mampang Indah II, Depok. Selain berceramah, ia mulai lagi memperbanyak zikir berjemaah (zikir bersama-sama).

Budi Noor dan Abdul Syukur, orang dekat Arifin, mengemukakan bahwa zikir berjemaah itu sudah dilakukan jauh sebelum Arifin mengalami koma akibat digigit ular. “Saya rasa keliru kalau menganggap Ustad Arifin berzikir setelah digigit ular kobra dan lolos dari maut. Jauh sebelum itu Ustad Arifin sudah sering kali memimpin jemaah zikir!” tandas keduanya.

Arifin juga mengelak anggapan beberapa media bahwa ia berzikir sebagai ungkapan rasa syukur karena telah lolos dari maut. “Arifin berzikir karena ingin mencintai Allah secara lebih total! Arifin prihatin melihat kenyataan umat Islam yang saat ini sedang terpuruk, dizalimi, difitnah, dan ditindas. Anehnya, umat Islam yang di Indonesia katanya mayoritas ini, ternyata tak berdaya sama sekali untuk melawannya. Ia sedih, para koruptor besar bebas dari hukuman, sementara orang yang belum tentu bersalah sudah menerima hukuman berat,” lanjutnya lagi.

Arifin kemudian menceritakan bahwa saat ia memperkenalkan zikir berjemaah itu di masjidnya sekitar tahun 1997, jumlah jemaahnya hanya dua-tiga orang saja. Tapi, ia terus berusaha meyakinkan para jemaahnya bahwa zikir berjemaah itu sangat besar faedahnya. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Sesungguhnya kelompok yang berzikir kepada Allah memperoleh empat perkara. Yaitu, turunnya ketenteraman pada mereka, rahmat akan menaungi mereka, para malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di dekat-Nya.”

Arifin menyadari, untuk mengajak ke jalan kebaikan itu tidaklah mudah. Setelah bertahun-tahun berzikir di masjid dengan dua-tiga jemaah, belakangan mulai bertambah menjadi satu saf (sebaris salat, sekitar 15 orang), dua saf, dan akhirnya masjid pun dipenuhi jemaah zikir. Setelah Arifin berulang kali tampil berzikir di layar teve, belakangan jumlah jemaah yang datang pun makin tak tertampung lagi di masjidnya. Apa boleh buat, ia pun terpaksa memasang tenda dan tikar di depan dan belakang rumahnya menuju ke masjid. Majelis zikir yang diselenggarakan setiap awal bulan itu didatangi puluhan ribu jemaah.

Kenapa zikir Arifin saat ini terasa begitu memikat? Syaefullah, mahasiswa program pascasarjana UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, menilai, kelebihan zikir yang dibawakan Ustad Arifin itu adalah sangat sederhana dan mudah dipahami semua orang. Menurutnya, ada lima sebab utama kenapa zikir Arifin segera menasional. “Pertama, zikir beliau ini lepas, tidak terikat dengan pakem dan tarekat tertentu, sehingga setiap orang bisa mengikuti tanpa harus dibaeat (diambil sumpah). Kedua, cara berzikirnya mudah diikuti oleh orang awam sekalipun, karena setiap kali selalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ketiga, zikirnya itu bukan sekadar zikir, tapi ada muhasabahnya, yaitu usaha mengoreksi diri sendiri, sehingga setiap orang bisa langsung tersentuh. Keempat, zikirnya ini bukan sekadar zikir lisan, tapi sampai ke hati, sehingga semua orang bisa menangis karenanya. Kelima, zikirnya itu bisa diikuti oleh semua orang dari semua golongan,” paparnya.

MISTERI GUMPALAN SINAR
Arifin mengaku sudah beberapa kali mengalami kejadian yang nyaris merenggut nyawanya. Selain pernah nyaris mati tenggelam di sungai sewaktu kanak-kanak, kemudian digigit ular berbisa, Arifin juga nyaris mati saat melintasi rel kereta api di Citayam, Bogor, tahun 1996. Karena di perlintasan itu tidak ada pintunya, maka ia pun langsung saja melintasi rel itu. “Begitu masuk ternyata ada kereta lewat, sehingga pantat mobilnya tinggal beberapa sentimeter saja dengan badan kereta itu. Semua orang di jalan itu berteriak bahagia karena Arifin lolos dari maut,” kenangnya. “Setahun berikutnya, Arifin juga nyaris mati ketika hampir tubrukan dengan truk. Jaraknya juga tinggal beberapa sentimeter saja,” lanjutnya.

Budi Noor, yang juga tetangga Arifin, menyaksikan keajaiban lain. Suatu hari, usai salat magrib, ia melihat seberkas sinar di atas rumah ustad muda itu. Semula ia tidak percaya dengan pandangan matanya, kalau-kalau hanya sebuah halusinasi atau mimpi. Tapi, setelah beberapa kali ia mengusap matanya, ia yakin akan apa yang dilihatnya. Selama beberapa saat sinar itu tetap berada di situ sampai akhirnya berputar membentuk kerucut dan menghilang ke arah langit. Anehnya, hanya dia sendiri yang menyaksikan peristiwa itu. Karena, saat ia tanyakan kepada para tetangganya yang lain, mereka mengaku tidak menyaksikan sinar apa pun di atas rumah Arifin.

Syaefullah yang kini menjadi asisten Ustad Arifin juga merasakan sesuatu keanehan lain. “Bau keringatnya lain, tidak seperti manusia biasa,” ujarnya. “Saya merasakannya sendiri, baunya wangi. Saya yakin itu bukan bau minyak wangi, karena saya juga tahu bau minyak wangi.”

“Ia tidak hanya wangi, tapi juga smart dan tampan!” sambung Dr. H.M. Bhakty Kasry, Presiden Direktur PT Pandu Logistik, perusahaan jasa pengiriman. “Ia memiliki mata hati yang dalam dan mempunyai karisma yang tinggi. Nilai plus yang paling utama, ia mendapatkan hidayah dari Allah! Kalau tidak mendapatkan hidayah-Nya, mana mungkin jemaah pengajian dan zikirnya makin hari makin bertambah. Puluhan ribu jemaah mendatangi pengajian yang diselenggarakan setiap awal bulan di masjidnya. Sebagai ustad muda, ia mampu menjalankan syariat agama dengan baik dan dengan konsentrasi tinggi. Dalam berbicara ia santun dan terbimbing. Ia mempunyai wawasan luas dan ilmu pengetahuan agamanya pun cukup, karena ia dibesarkan di pesantren. Ia memiliki visi yang jauh dan bisa bergaul dengan yang tua maupun yang muda. Sebelum menganjurkan kepada jemaah, jauh-jauh hari ia sudah melakukannya sendiri,” tambahnya.

Mengenal Arifin sekitar tiga tahun yang lalu, Bhakty merasa hubungannya jadi sangat dekat. Di antara mereka tidak hanya saling mengenal, tapi sudah seperti keluarga. “Kami sering silaturahmi, jalan bareng, dan berbagi rasa, seperti layaknya kakak dengan adik,” tambah pria pujakusuma (putra Jawa kelahiran Sumatra) ini. Ia mengakui, warna kehidupannya saat ini banyak dipengaruhi oleh Arifin. Saat ini, selain secara intensif menjalankan tujuh sunah Rasul sesuai yang diajarkan Arifin, alumnus Institut Ilmu Keuangan ini juga mempercayakan Arifin untuk duduk sebagai komisaris di perusahaannya. Di pihak lain, Arifin mengakui peran Bhakty sangat besar dalam membantu aktivitas Majelis Zikir yang dipimpinnya. “Kami dan teman-teman di sini, Pak Bhakty yang menggaji. Bahkan, rumah dan kendaraan yang Arifin pakai adalah pemberiannya,” tuturnya jujur.

Abdul Syukur mengemukakan bahwa apa yang dijanjikan Allah itu memang terbukti dengan melihat keseharian ustad muda yang dikaguminya itu. “Seperti janji Allah, makin banyak kita memberikan infak dan sedekah, hidup kita makin berkah. Itu memang saya saksikan langsung pada kehidupan Ustad Arifin!” tandasnya. “Tangan kanannya, masya Allah... penuh hikmah, enteng sekali untuk beramal. Bagi Ustad Arifin, tiada hari tanpa bersedekah karena dia sangat tanggap terhadap penderitaan orang lain. Kalau ada tetangga, teman, atau siapa saja yang ditimpa musibah, anaknya masuk sekolah tidak punya uang, atau kesulitan lain, tanpa diminta beliau pasti langsung membantu!”

BERTEMU JODOH
Kalau memang jodoh, tidak akan ke mana-mana! Begitu petuah orang tua. Kisah itulah yang terjadi pada pasangan Arifin dengan Wahyuniati Al-Waly, putri ketiga dari enam bersaudara dari mantan anggota DPR, Drs. Teuku Djamaris. Arifin pertama kali bertemu Yuni saat usai berceramah di kediaman keluarga H. Yusuf di Depok, bulan September 1997. Saat itu Arifin tengah duduk menunggu antrean makan, begitu juga Yuni. Jarak di antara mereka sekitar tiga-empat meter. Tiba-tiba di antara keduanya saling beradu pandang dan keduanya pun saling tersenyum. Hanya beberapa detik saja adu pandang itu berlangsung dan setelah itu mereka pun pulang. Setelah itu, mereka pun tidak pernah saling bertemu, apalagi saling berbicara.

Malam itu Yuni tidak pulang ke rumah orang tuanya di Kompleks DPR di Kalibata, karena ia memang berniat menginap di rumah sahabatnya, Fitrah, di Depok. Semula ia tidak berniat mengikuti pengajian itu, karena niatnya memang hanya ingin kangen-kangenan ke rumah sahabatnya yang sama-sama dari Padang itu. Karena itu, ia pun pergi ke pengajian dengan pakaian seadanya, yaitu celana jins, baju berwarna biru, dan kerudung putih. Tapi, ia tidak merasa rugi mendatangi pengajian itu. “Ustadnya masih muda, cakep, dan materi ceramahnya pun lumayan menarik,” kenangnya.

Meski yakin matanya tidak salah saat melihat kecantikan gadis itu, Arifin tidak mau mengumbar perasaannya. Ia tak berusaha mencari tahu siapa dan dari mana gadis itu. Ia biarkan kehidupannya mengalir sesuai kehendak-Nya. Sebagai makhluk yang berusaha menyerahkan seluruh kehidupannya hanya untuk Allah, dalam urusan jodoh pun ia pasrahkan seutuhnya kepada Sang Mahakuasa. Setiap malam dia bangun kemudian salat tahajud dan berserah diri kepada-Nya.

Sejak masih kuliah di Universitas Nasional, kemudian lulus kuliah, dan selanjutnya menjadi dosen di Universitas Borobudur, sudah beberapa kali ia berteman dengan wanita. Tapi, sejauh itu selalu saja gagal sampai ke pelaminan.

Hari-hari pun berjalan, ternyata Tuhan belum pula menunjukkan tanda-tanda akan hadirnya seorang pujaan hati. Suatu hari, ada salah seorang temannya, Hasan Sandi, yang menawarinya berkenalan dengan seorang gadis. Katanya, “Ustad Arifin... mau tidak kalau saya kenalkan dengan seorang gadis. Dia seorang putri ulama.”

“Mau, anaknya tinggal di mana?” Arifin balik bertanya.

“Di Kalibata. Tapi, lebih baik kita ketemu di tempat lain saja, deh.”

Suatu hari di bulan Februari 1998 Hasan menghubungi Arifin lagi. Ia mengundang Arifin untuk memberikan ceramah dalam acara syukuran menempati rumah baru. “Nanti saya kenalkan sekalian dengan gadis itu,” kata Hasan. Saat memasuki rumah itu, Arifin kaget ketika melihat salah satu foto yang terpampang di kamar tamu, yang rupanya pernah dia kenal. “Ini, lho, foto gadis itu,” kata Hasan sambil menunjuk foto itu.

Bertepatan dengan tangan Hasan menunjuk foto gadis itu, seperti disihir, gadis itu keluar bersama kedua orang tuanya. Hanya beberapa detik, karena setelah itu gadis yang mengenakan celana biru, baju biru, dan kerudung putih itu langsung masuk ke dalam lagi. Saat itu Arifin baru ingat bahwa ia pernah bertemu dengan gadis itu sekitar enam bulan yang lalu, saat ia berceramah di Depok.

Kali ini Arifin benar-benar jatuh cinta. Sejak kedua kalinya bertemu gadis itu, ada perasaan yang aneh di hatinya. Bayang-bayang gadis kerudung putih itu terus mengusik kesendiriannya. Tapi, berbeda dengan kebanyakan muda-mudi lain, ia menyampaikan perasaan hatinya kepada Sang Maha Pencipta. Setiap kali bangun malam, ia langsung bersujud dan bersimpuh di hadapan-Nya. Sambil berdoa ia menangis dan memohon petunjuk agar diberikan pendamping hidup yang terbaik untuknya.

Selama ini, ia memang selalu memanfaatkan sepertiga malam yang terakhir untuk-Nya. Hanya, kini kualitas dan kuantitas penghambaannya kepada Allah itu kian ditingkatkan. Setiap malam ia salat malam delapan rakaat ditambah witir tiga rakaat. Memasuki hari kesebelas, ia tiba-tiba mengalami kelelahan yang luar biasa hingga ia pun tertidur. Di tengah kelelapan tidurnya, ia bermimpi seolah menjalankan ibadah umroh bersama gadis itu tepat tanggal 1 Muharam.

Arifin percaya, mimpinya kali ini bukan sekadar kembang tidur. “Ini adalah petunjuk Allah yang Arifin terjemahkan untuk menikah tanggal 1 Muharam,” tegasnya. Pagi-pagi, usai salat subuh, ia langsung menelepon gadis itu. “Aku Muhammad Arifin Ilham,” katanya memulai pembicaraan. “Aku ingin mengatakan sesuatu kepada kamu. Pertama, aku ingin menikah dengan kamu tanggal 1 Muharam. Kedua, niatku ini karena Allah. Ketiga, karena sunah Rasul. Keempat, aku ingin terbang ke langit. Cuma sayang, sayapku cuma satu. Bagaimana kalau salah satu sayap itu adalah kamu? Kelima, aku butuhkan jawabanmu besok pukul 5 pagi.”

Gadis itu terduduk lunglai. Berbagai perasaan menyelimuti kalbunya. Di satu sisi ia merasa tersanjung dan bahagia, tapi di sisi lain ia juga merasa sedih dan khawatir. Bagaimanapun, ia belum mengenal lelaki itu, walaupun ia seorang ustad. Sebagai gadis, selama ini ia belum pernah pacaran atau pergi berduaan dengan lelaki. Selain tidak suka pergi-pergi iseng, pendidikan ayahnya pun sangat ketat. Sudah beberapa kali ia dilamar, tapi selalu ditolak oleh kedua orang tuanya. Karena itu, awalnya ia gamang saat ingin menyampaikan lamaran Arifin itu.

Apa boleh buat, lamaran ‘mengagetkan’ dari ustad muda itu harus segera dia sampaikan kepada kedua orang tuanya, karena esok subuh sudah ditunggu jawabannya. Untunglah kedua orang tuanya menyetujuinya. Saat esok harinya, pukul 5 pagi, Arifin telepon dan yang menerima Yuni sendiri, ia yakin lamarannya bakal diterima. Satu bulan kemudian, tepat tanggal 1 Muharam (28 April 1998), Arifin dan Yuni menikah di Masjid Baiturrahman di Kompleks DPR Kalibata. Dua sejoli ini ternyata banyak kesamaannya. Antara lain, Arifin maupun Yuni adalah alumni Pesantren Darunnajah dan Universitas Nasional. Hanya tenggang waktu mereka yang berbeda. Kedua kakek mereka sama-sama memiliki pesantren, yang namanya juga sama, Darussalam.

Kini, pasangan ini dikaruniai dua putra, Muhammad Alvin Faiz (4 Februari 1999) dan Muhammad Amer Adzikro (21 Desember 2000). Saat ini pasangan muda yang berbahagia ini tengah menantikan bayinya yang ketiga, yang diharapkan lahir pada bulan Oktober ini. “Saya sangat bahagia, doa saya dikabulkan oleh Allah,” tutur Yuni yang sehari-hari dipanggil ‘Sayang’ oleh suaminya.

Diceritakannya, sejak sekolah SMP sampai kemudian mengakhiri masa gadisnya, setiap kali usai salat wajib ia selalu berdoa. Tanpa ada yang menyuruh dan tak ada yang mengajarinya, Yuni selalu memohon kepada Tuhan agar mendapatkan jodoh pria dengan 10 kriteria. Antara lain, pria yang saleh, beriman, ganteng, berkecukupan, terkenal, berakhlak mulia, disayang semua umat, bertanggung jawab, dan pintar. Katanya, “Alhamdulillah... semua yang saya mohon itu ternyata ada pada diri Kak Arifin!” (Femina Online)

di ambil dari

http://www.facebook.com/kh.muhammad.arifin.ilham#/kh.muhammad.arifin.ilham?v=info&viewas=1665773546