taman Siswa
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Selain itu, sampai saat ini perguruan Taman Siswa yang beliau dirikan masih ada dan telah memiliki sekolah dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Semboyan dalam pendidikan yang beliau pakai adalah: tut wuri handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan kita, terutama di sekolah-sekolah Taman Siswa.
Ing ngarso = (yang) di depan
sung = (yang, memberi)
tulodo = teladan, contoh
Diartikan bahwa apabila kita di depan (entah sebagai guru atau pemimpin), maka memberi teladan. Ada juga yg mengartikan Ing Ngarso ini maknanya adalah mendahulukan, mengutamakan, mengedepankan suri teladan.
Ing Madya = yang di tengah
mangun = membangun, membangkitkan
karso = karsa, semangat, ide
Diartikan, jika berada di tengah2, misalnya ditengah-tengah murid, maka hendaknya dapat membangun semangat/motivasi. Ing Madya ini bermakna pula bahwa untuk membangun semangat, kita mesti berada di tengah-tengah, tidak boleh dipinggir atau diluar saja. Artinya, ya mesti ikut gabung sebagai insider.
Tut wuri = di belakang, akhir
Handayani = berbekas, terkenang
Bagi seorang pengajar atau pemimpin, setiap apa yg diajarkannya hendaknya berbekas pada diri orang yg diajarnya atau pengikutnya. Inilah maksudnya "handayani". Ajaran itu akan selalu diingat, dikenang, sehingga misalnya setiap kali murid akan melanggar ajaran gurunya, si murid akan ingast lagi ajaran gurunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar